
Lapangan BD berada di atas Formasi Kujung dengan cadangan diharapkan sebesar 441,7 BCF gas dan 18,7 MM barel kondensat selama umur lapangan yang diperkirakan 13 tahun. Produksi Pertama dari BD Field dimulai pada 6 Mei 2017. Selama 2 tahun, BD Field telah menghasilkan hingga 68 BCF gas dan lebih dari 4 MM barel kondensat dan saat ini sedang dalam proses peningkatan produksi penuh untuk mencapai fase produksi tinggi untuk tahun-tahun mendatang.
Produksi Lapangan BD didukung oleh 3 fasilitas utama yaitu Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform/WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di dekat kota Pasuruan, dan fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO) yang dioperasikan oleh pihak ke-3 dengan skema kontrak. Produksi dari Lapangan BD terdiri dari gas asam dan beracun H2S sekitar 4.500 ppm dari WHP yang kemudian diolah di FPSO untuk menghasilkan sweet gas untuk dijual ke pembeli gas dan produk samping dari gas asam yang kemudian diubah menjadi belerang cair di FPSO, gas tersebut juga mengalami proses pemisahan untuk menghasilkan kondensat yang kemudian secara berkala diturunkan ke kapal tanker.
Lapangan BD sukses mencapai penjualan gas pertama ke PGN pada 6 Juni 2017 dan penjualan gas pertama ke IAE pada 22 Desember 2017 dan mencapai tingkat penjualan gas maksimum 110 MMSCFD pada Juni 2019. Dalam hal kondensat, Lapangan BD sukses melakukan pemuatan kondensat pertamanya ke kapal tanker MT Serui pada 24 Oktober 2017, dan pada September 2019, Lapangan BD telah melakukan 29 kali kegiatan pemuatan kondensat dengan aman. Lapangan BD juga melakukan kegiatan pemuatan sulfur cair pertamanya pada 3 November 2017; menciptakan sejarah menjadi fasilitas lepas pantai pertama di Asia yang menghasilkan belerang cair dan melakukan pembongkaran belerang cair.